Pandangan ahlussunnah
wal jamaah tentang kedatangan Nabi Isa alaihissalam
yang dirujuk/dikutip dari buku Kemunculan Nabi Isa, Imam Mahdi & Dajal, karya
Syeikh Mutawalli Sya’rawi, terjemahan, halaman 25 s/d 28, Qultum Media, 2006,
menjelaskan sebagai berikut:
Dalam kitab Al-'Aqiidah Ath-Thahaawiyah, Imam
Ath-Thahawi berkata, "Dan kami beriman kepada tanda-tanda kiamat yang di
antaranya adalah munculnya Dajjal dan turunnya Isa putra Maryam a.s. dari
langit." Dalam Maqaalaat Al-Islamiyiin, Abul Hasan Al-Asy'ari berkata,
"Di antara sejumlah keimanan yang diyakini ahli hadits dan sunnah adalah:
Beriman dengan menetapkan Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya
dan apa-apa yang datang dari Allah dan apa-apa yang diriwayatkan para perawi
yang tsiqah dari Nabi s.a.w. tanpa mengingkari semua itu sedikit pun perkataan
ini sampai dan membenarkan keluarnya Dajjal dan sesungguhnya Isa putra Maryam
akan membunuhnya." Abu Muhammad Abdullah bin Abi Zaid Al-Qairawani Al-Maliki
dalam risalahnya yang masyhur, ia berkata, "Dan beriman berdasarkan kabar
yang tsabit tentang keluarnya Dajjal dan turunnya Isa a.s. untuk menegakkan
hukum yang adil dan ia akan membunuh Dajjal ... " Abu Ahmad bin Al-Husain
Asy-Syafi'i yang lebih dikenal dengan nama Ibnul Haddad dalam Kitab
'Aqiidahnya, ia berkata, "Tanda-tanda kiamat di mulai dari Dajjal,
turunnya Isa a.s., keluarnya asap, Oabbah (sejenis binatang berkaki empat),
matahari terbit dari arah Barat dan tanda-tanda lain berdasarkan sumber hadits
yang shahih adalah sesuatu yang hak."
Al-Muwaffaq Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam
Kitab 'Aqiidah-nya yang masyhur, ia berkata, "Wajib beriman kepada apa
yang telah disampaikan Rasulullah s.a.w. sepanjang proses periwayatannya
shahih, baik itu berhubungan dengan alam nyata maupun alam metafisik. Kami
mengetahui bahwa apa yang telah disampaikan beliau itu adalah hak dan benar
adanya sampai pada pernyataannya di antara tanda-tanda kiamat adalah: keluarnya
Dajjal, turunnya Isa putra Maryam a.s. dan ia membunuh Dajjal, keluarnya Ya'juj
Ma'juj, matahari terbit dari arah Barat, keluarnya Oabbah dan tanda-tanda yang
lain berdasarkan hadits yang shahih." Ibnu Taimiyah berkata, "Ada
suatu masalah antara pendapat Isa putra Maryam masih hidup (sampai sekarang),
karena Allah mengangkat Isa dengan jasad dan ruhnya, dengan firman Allah,
"Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu." (QS.
Ali Imran [3]: 55). Maksudnya Mutawaffika adalah Allah telah mematikanmu.
Begitu pula telah tsabit kabar yang menyatakan bahwa Isa akan turun di menara
putih di sebelah timur Damaskus, lalu Isa a.s. membunuh Dajjal, menghancurkan
salib, membunuh babi, menggugurkan kewajiban membayar pajak dan hukum yang adil
lagi bijaksana. Makna lafazh dalam ayat Tawaffa adalah Al-Istaifa' (bisa
berarti menyampaikan sampai ajal), atau berarti meninggal, atau bisa jadi
berarti tidur. Sehingga, makna suatu lafazh bergantung pada lafazh yang
mengiringinya sehingga dapat disesuaikan artinya." Dalam Syarh Shahiih
Muslim, Al-Qadhi Iyadh berkata, "Turunnya Isa a.s. dan keberhasilannya
membunuh Dajjal adalah hak dan benar menurut Ahlu Sunnah karena hal tersebut
bersumber dari banyak hadits yang shahih. Tidak ada dasar bagi akal dan syariat
untuk mengingkarinya, sehingga wajib hukumnya untuk menetapkan kebenarannya. Namun
sebagian kaum Mu'tazilah, kaum Jahmiyah dan orang-orang yang sependapat dengan
mereka telah mengingkari bahwa Isa a.s. akan turun ke bumi lagi. Mereka
menyangka bahwa semua hadits yang mengabarkan tentang turunnya Isa tidak bisa
diterima. Dasar mereka adalah firman Allah, “Dan penutup Nabi-nabi” (QS.
Al-Ahzaab [33]: 40) Rasulullah s.a.w. juga telah bersabda, “Tidak ada Nabi
setelahku” Dan Ijma' kaum muslimin bahwa tidak akan ada lagi Nabi setelah Nabi
kita Muhammad s.a.w., dan syariat beliau akan berlaku terus sampai kiamat tanpa
ada yang menasakhnya." Cara mengambil dalil mereka dari ayat, hadits dan
Ijma' ini adalah fasid (rusak atau tidak benar). Karena bukanlah maksud
turunnya Isa itu sebagai Nabi dengan membawa syariat baru dengan menasakh
syariat yang dibawa beliau. Dalam hadits-hadits tentang Isa a.s. turun ke bumi
lagi tidak ada yang mengindikasikan kepada hal sebagaimana yang mereka pahami,
bahkan semua hadits shahih ini dan hadits-hadits di depannya dalam Kitab
Al-Iman dan yang lain telah mengabarkan bahwasanya Isa akan turun dengan hukum
yang bijaksana dari syariat kita dan menghidup-hidupkannya kembali setelah
ditinggalkan manusia."
Memahami referensi di atas mengindikasikan
bahwa ahlussunnah wal jamaah sepakat
tentang kedatangan kembali nabi Isa alahissalam
di akhir jaman bukanlah nabi Isa alaihissalam
yang dahulu pernah datang bagi Bani Israil. Namun nabi Isa alaihissalam akhir jaman, tetap berpangkat nabi yang mengemban
sejumlah tugas dan melaksanakan syari’at Islam. Pemahaman ini
mengkategorisasikan kepada seseorang atau segolongan orang yang meyakininya
termasuk dalam golongan ahlussunnah wa
jamaah. Dalam kasus Ahmadiyah, dengan mengenali pemahaman mereka tentang
persoalan ini secara mendalam, maka mereka termasuk dalam golongan ahlussunnah wal jamaah atau dalam bahasa
populer sebagai Islam Sunni, bukan Islam Syiah. Dengan demikian, ketika ada
penggolongan baru dengan menyebut Islam Ahmadiyah bisa jadi akan menimbulkan
persoalan baru, karena sejatinya mereka adalah ahlussunnah wal jamaah yang meyakini secara total, khususnya kepada
nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam,
keyakinannya tanpa reserve. Apa yang
disabdakan oleh nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wassalam selalu diyakini mereka sebagai suatu kebenaran nubuwatan, apalagi hadist-hadist yang
telah menjadi kenyataan. Perbedaanya adalah ketika menilai suatu kenyataan,
bahwa sejumlah besar golongan Islam Sunni masih belum melihat nabi Isa alaihisslamam di akhir jaman telah
datang sebagai kenyataan berada ditengah-tengah mereka.
Wallahualam bisshawab, semoga urun rembug ini
bisa menjadi perenungan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar