Sadewa atau sahadewa yang
dalam pedalangan Jawa
disebut pula dengan
nama Tangsen (buah dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya
dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat) adalah putra
ke-lima/bungsu Prabu
Pandudewanata, raja Negara Astina
dengan permaisuri Dewi Madrim,
putrid Prabu Mandrapati dengan Dewi
Tejawati dari Negara mandaraka. Ia
lahir kembar bersama kakaknya, Nakula. Sadewa
juga mempunyai tiga orang saudara satu
ayah, putra Prabu Pandu
dengan Dewi Kunti dari Negara Mandura, bernama
: Puntadewa,
Bima, dan Arjuna.
Nama Sadewa
tersusun dari lafazh
Sa, de, dan wa.Sa
kependekan dai Sangu artinya
bekal, de kependekan dari kata gede
artinya besar atau banyak dan wa kependekan
dari kata dawa artinya panjang
atau lama. Jadi Sadewa mengisyaratkan kepada
ibadah Haji sebagai Rukun Islam kelima, karena kewajiban
ibadah ini membutuhkan
persyaratan bekal yang
besar dan banyak
untuk waktu yang
lama atau panjang. Oleh karena
itu nama lain dari
Sadewa adalah Tangsen. Tangsen
berasal dari kata
Tang maksudnya ketang artinya meskipun dan sen
maksudnya sak sen artinya
satu sen. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT yang artinya:
Ibadah Haji dilakukan
dalam bulan-bulan yang telah dimaklumi, maka siapa saja yang
memutuskan untuk menjalankan
ibadah Haji dalam
bulan-bulan itu, janganlah berbicara kotor , dan jangan pula mencaci maki
dan jangan pula bertengkar pada waktu
Haji. Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Allah mengetahui itu. Dan
bawalah bekal dan sesungguhnya
bekal yang paling
baik ialah menjaga diri
dari kejahatan. Dan, bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang
yang mempunyai akal. (Al Baqarah,
2 : 198)
Sadewa adalah
titisan Bathara Aswin, Dewa
Tabib. Sadewa sangat mahir dalam
ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus.
Mahir menunggang kuda dan menggunakan
senjata panah dan lembing. Hal ini
juga mengisyaratkan kepada ibadah
Haji, dengan penjelasan bahwa Bathara
artinya Nabi, Aswin artinya
sempurna. Jadi Haji
merupakan sunnah Rasulullah SAW
sebagai Rukun Islam
yang paripurna sebagaimana Sabda Rasulullah SAW berikut
:
Hakikat Islam ialah
engkau bersaksi tidak
ada Tuhan kecuali
Allah dan Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam
adalah Utusan Allah, engkau
menegakkan shalat, memberikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan
menunaikan Haji ke Baitullah, jika
engkau mampu kesana
(Muslim, Abu Daud, At-Turmudzi, dan An
Nasai dari Umar radhiyallaahu’anhu dan Kanzul-Ummal, Juz I/18)
Sadewa tinggal
di Ksatrian Bawenatalun/Bumi-retawu,wilayah
Negara Amarta. Hal ini juga
mengisyaratkan ibadah Haji
juga. Cobalah perhatikan uraian berikut
: Ksatrian Bawenatalun atau Bumi
retawu menunjuk kepada tempat ibadah
haji, dengan penjelasan demikian, Bawena artinya tanah
dan Talun artinya bebas dari polusi (suci). Jadi,
Bawenatalun itu menunjuk
kepada tanah suci kota Mekkah. Demikian
pula Bumiretawu juga menunjuk
kepada indikasi kota
Mekkah dengan penjelasan
bahwa Bumi artinya tanah
dan Ratawu artinya pasir.
Jadi kota Mekkah itu adalah bagian
dari Negara Saudi
Arabia yang tanahnya
banyak mengandung pasir.
Sadewa menikah
dengan Dewi Srengginiwati, adik
Dewi Srengganawati (istri Nakula), putri
Resi Padawanganala,
kura-kura raksasa yang tinggal
di sungai atau
narmada Wailu (menurut
Purwacarita, Badawanganala dikenal sebagai
raja Negara Gisiksamodra/Ekapratala). Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh seorang
putra bernama Bambang Widapaksa atau Sidapaksa). Hal
ini juga mengisyaratkan kepada
pelaksanaan Ibadah Haji
dengan uraian bahwa Dewi artinya keruhanian,
Srenggi
artinya luhur, ni maksudnya niki artinya ini
dan Wati artinya
memikat. Jadi
Ibadah haji ini adalah
merupakan ajaran luhur
dan memikat, sedangkan
Resi Badawanangala menunjukkan
bahwa Resi artinya ulama,
Badawanga artinya tulus dan nala artinya hati. Jadi
Resi Badawanganala itu
bermakna ulama yang tulus
hati, sedangkan Bambang
artinya bahagia, Wida artinya
berlebihan dan Paksa artinya
harus atau
wajib. Jadi, jika mendapat karunia kebahagiaan (aman/tenteram) dan berlebihan
rezeki, pergi Haji harus
atau wajib segera dilaksanakan.
Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT yang artinya:
Dan
lakukanlah dengan sempurna
ibadah Haji dan Umrah
karena Allah. Tetapi
jika kamu terhalang, maka kirimlah
korban apa saja
yang mudah didapat dan
janganlah kamu mencukur
kepala kamu sampai korban
itu sampai di tempat tujuan.
Lalu barang siapa di antara kamu sakit atau
mempunyai penyakit di
kepalanya, ia diperbolehkan
membayar denda berupa puasa
atau sedekah atau
korban. Dan, apabila kamu aman, maka barang siapa
mengambil keuntungan dengan menggabungkan Umrah dengan Haji
ia harus memberi
korban apa saja yang mudah
didapat. Tetapi barangsiapa
tidak menemukan korban, maka berpuasalah tiga hari selama waktu haji
dan tujuh hari lagi
setelah kamu pulang. Inilah sepuluh
hari penuh. Ini
bagi orang yang
keluarganya tidak berada
di masjid Suci. Dan
bertaqwalah kepada Allah, dan
ketahuilah bahwa Allah
itu keras sekali pembalasannya (Al Baqarah,2 :197)
Di dalamnya
adalah bukti yang terang yaitu
tempat Ibrahim ; dan siapa
yang memasuki itu ia akan aman ;
Ibadah Haji ke rumah itu adalah
wajib bagi manusi karena Allah, (bagi) orang-orang
yang mampu mengadakan
perjalanan kesana. Dan,
siapa kafir, maka
sesungguhnya Allah itu
Maha kaya, tidak memerlukan
sesuatu dari sekalian alam (Ali Imran, 3 : 98)
Dengan melaksanakan Kelima Rukun Islam
yaitu : Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat
dan Haji yang mabrur
diharapkan orang mukmin tersebut
menjadi hamba Allah yang suci
bersih dari segala
macam dosa seperti
ketika ia dilahirkan
ibunya sehingga ia pantas
untuk mendapatkan Karunia Surga,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW
berikut :
Apabila seorang
pergi Haji meninggalkan keluarganya,
lalu ia berjalan
selama 3 hari atau 3 malam, maka ia keluar
dari dosa-dosanya seperti hari
sewaktu ibunya melahirkannya
dan semua hari-harinya
sebagai derajat ; dan
siapa yang mengkafani
seorang jenazah, Allah memakaikan
kepadanya satu pakaian
dari surga ; dan siapa
yang memandikan seorang
jenazah ia telah
keluar dari dosa-dosanya;
dan siapa yang menumpahkan tanah atasnya
di kuburnya, maka baginya
setiap debu akan
menambah berat timbangannya melebihi beratnya
gunung. (Al-Baihaqi dari
Abu Dzar RA dan Kanzul-Ummal, Juz
V/11825)
Sesungguhnya
Allah Ta’ala menurunkan
dalam senng thawaftiap hari
seratus Rahmat, enam puluh
dari itu kepada orang-orang
yang thawaf di rumah
Ka’bah itu, dua puluh untuk
penduduk Mekkah dan dua puluh
untuk manusia lainnya (Al Khatib dalam At-Tarikh dari Ibnu
Abbas RA dan
Kanzul-Ummal,Juz V/12018)
Di antara indikasi
ibadah Haji yang mabrur
ialah apabila pelakunya
setelah selesai menunaikan
ibadah Haji kata-kata yang
keluar dari mulutnya senantiasa
baik dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa dikotori
kefasikan seperti ucapan-ucapan
yang dikumandangkan waktu ibadah
Haji, sebagaimana firman Allah SWT
dan sabda Rasulullah SAW berikut
:
Ibadah Haji dilakukan
dalam bulan-bulan yang
telah dimaklumi ; maka siapa saja
yang memutuskan untuk menjalankan
ibadah Haji dalam
bulan-bulan itu, janganlah berbicara kotor, dan jangan pula mencaci-maki dan jangan
pula bertengkar pada waktu Haji.
Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Allah mengetahui itu. Dan,
bawalah bekal dan sesungguhnya bekal
yang paling baik ialah menjaga
diri dari kejahatan. Dan, bertaqwalah kepada-Ku, wahai orang-orang
yang mempunyai akal (Al Baqarah, 2 : 198)
Siapa yang menunaikan ibadah Haji karena Allah, dan
ia tidak berbicara kotor
dan tidak fasiq, maka ia kembali
seperti hari sewaktu
ibunya melahirkannya (Ahmad bin
Hanbal dalam Musnadnya, An-Nasai, Ibnu
Majah dari Abu Hurairah RA dan
Kanzul-Ummal, Juz V/11808)
Aku sambut
panggilan-Mu dan setia siap menerima perintah-Mu, wahai Allah aku
sambut panggilan-Mu dan dengan
setia siap menerima
perintah-Mu ; aku sambut panggilan-Mu
dan dengan setia siap menerima
perintah-Mu; sesungguhnya pujian,
kenikmatan, kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, An-Nasai dari
Ibnu Umar RA ; Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya dari Ibnu Abbas RA ;Abu Ya’la
dalam Musnadnya, Ath-Thabrani
dalam Al Kabir dari Amer bin Ma’di Karib RA
dan Kanzul-Ummal, Juz V /11908)
Jibril telah
mendatangiku, lalu berkata kepadaku :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
agar kamu menyuruh
sahabat-sahabatmu mengangkat suara
mereka dengan talbiyah,
karena itu termasuk syiar Haji (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Ibnu Majah, Al
Hakim dalam Al-Mustadrak, Ibnu
Hibban dalam Shahihnya dari Zaid bin
Khalid RA dan Kanzul-Ummal, Juz V
/11911)
Sesungguhnya musuh Allah adalah Iblis, tatkala ia
mengetahui bahwa Allah telah mengabulkan doaku dan mengampuni umatku. Maka ia
mengambil tanah lalu ia menumpahkan di atas kepalanya ; lalu ia memanggil
kecelakaan dan kebinasaan, maka itu menjadikan aku tertawa terhadap apa yang aku lihat dari
kegelisahannya (Ahmad bin Hanbal
dalam Musnadnya dari Ibnu Abbas bin Mardas RA
dan Kanzul-Ummal, Juz V/11809)
Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki
Aji Purnamajati pemberian Empu Ditya Sapulebu, Senapati Negara Mretani yang
berkhasiat dapat mengerti dan
mengingat dengan jelas pada semua
peristiwa. Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu
membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.
Hal ini juga memperjelas isyarat
Ibadah Haji. Demikian uraiannya : Aji
berarti berharga, Purnama
artinya bulan indah, jati artinya
sejati. Jadi bulan
Haji merupakan bulan
berharga dan bulan indah sejati. Sedangkan Ditya artinya lebih,
sapu
artinya pembersih secara ruhani adalah
keimanan dan ketaqwaan, Lebu artinya Debu.
Jadi dengan keimanan dan ketaqwaan yang
lebih dapat membersihkan
debu atau kotoran
ruhani, sedangkan Mreta artinya
yang menghidupkan dan ni
maksudnya niki atau ini. Jadi,
ibadah Haji yang
dilaksanakan karena keimanan dan
ketaqwaan ini akan
menghidupkan ruhani.
Ditulis oleh: Drs. Abdul Rozaq
Judul asli: Sadewa Indikasi Haji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar