Sabtu, 23 Juni 2012

SADEWA

Sadewa  atau  sahadewa  yang  dalam  pedalangan  Jawa  disebut  pula  dengan  nama Tangsen (buah  dari tumbuh-tumbuhan  yang daunnya  dapat dipergunakan  dan dipakai  untuk obat) adalah  putra  ke-lima/bungsu  Prabu Pandudewanata, raja Negara Astina  dengan  permaisuri Dewi Madrim, putrid Prabu Mandrapati  dengan Dewi Tejawati  dari  Negara mandaraka.  Ia  lahir  kembar  bersama kakaknya, Nakula.  Sadewa  juga  mempunyai  tiga orang saudara  satu  ayah, putra Prabu Pandu  dengan  Dewi Kunti  dari Negara Mandura,  bernama  : Puntadewa, Bima, dan Arjuna.
Nama Sadewa  tersusun  dari  lafazh  Sa, de, dan wa.Sa kependekan  dai  Sangu  artinya  bekal, de kependekan  dari  kata  gede  artinya  besar  atau banyak  dan wa  kependekan  dari kata dawa artinya panjang  atau lama. Jadi  Sadewa  mengisyaratkan  kepada  ibadah Haji  sebagai  Rukun Islam kelima, karena  kewajiban  ibadah  ini  membutuhkan  persyaratan  bekal  yang  besar  dan  banyak  untuk  waktu  yang  lama  atau panjang. Oleh  karena  itu  nama lain  dari  Sadewa  adalah Tangsen. Tangsen  berasal  dari  kata Tang maksudnya ketang  artinya meskipun dan  sen  maksudnya  sak sen  artinya  satu sen. Hal ini  sesuai  dengan  firman Allah SWT yang artinya:
Ibadah  Haji  dilakukan  dalam  bulan-bulan  yang telah dimaklumi, maka siapa saja  yang  memutuskan  untuk  menjalankan  ibadah  Haji  dalam  bulan-bulan  itu, janganlah  berbicara kotor , dan jangan pula  mencaci maki  dan jangan pula  bertengkar  pada waktu  Haji. Dan kebajikan  apa saja  yang kamu kerjakan, Allah mengetahui  itu. Dan  bawalah  bekal dan  sesungguhnya  bekal  yang  paling  baik  ialah  menjaga diri  dari kejahatan. Dan, bertakwalah kepada-Ku, wahai  orang-orang  yang  mempunyai akal. (Al Baqarah, 2 : 198)
Sadewa  adalah  titisan  Bathara Aswin, Dewa Tabib. Sadewa  sangat mahir  dalam  ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus.  Mahir menunggang kuda  dan  menggunakan  senjata  panah dan lembing.  Hal ini  juga mengisyaratkan  kepada ibadah Haji,  dengan penjelasan  bahwa Bathara  artinya  Nabi, Aswin  artinya  sempurna. Jadi  Haji merupakan  sunnah Rasulullah  SAW  sebagai  Rukun  Islam  yang  paripurna  sebagaimana Sabda  Rasulullah SAW  berikut  :
Hakikat Islam  ialah  engkau  bersaksi  tidak  ada  Tuhan  kecuali  Allah  dan Muhammad  Shallallahu’alaihi  wa sallam  adalah  Utusan Allah, engkau menegakkan  shalat,  memberikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan  Haji ke Baitullah, jika engkau  mampu  kesana (Muslim, Abu Daud, At-Turmudzi, dan  An Nasai dari Umar radhiyallaahu’anhu dan Kanzul-Ummal, Juz I/18)
Sadewa  tinggal  di Ksatrian  Bawenatalun/Bumi-retawu,wilayah Negara Amarta. Hal ini juga  mengisyaratkan  ibadah Haji juga.  Cobalah  perhatikan uraian  berikut   :  Ksatrian Bawenatalun atau Bumi retawu menunjuk  kepada tempat ibadah haji, dengan penjelasan demikian, Bawena  artinya tanah  dan Talun  artinya  bebas  dari polusi (suci). Jadi, Bawenatalun  itu  menunjuk  kepada  tanah suci kota Mekkah. Demikian pula  Bumiretawu  juga  menunjuk  kepada  indikasi  kota  Mekkah  dengan  penjelasan  bahwa  Bumi  artinya tanah  dan Ratawu artinya  pasir. Jadi kota Mekkah itu  adalah  bagian  dari  Negara  Saudi  Arabia  yang  tanahnya  banyak  mengandung  pasir.
Sadewa  menikah  dengan  Dewi  Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (istri Nakula), putri  Resi  Padawanganala, kura-kura  raksasa  yang tinggal  di  sungai  atau  narmada  Wailu (menurut Purwacarita, Badawanganala  dikenal  sebagai  raja  Negara  Gisiksamodra/Ekapratala). Dari perkawinan  tersebut ia memperoleh  seorang  putra  bernama Bambang Widapaksa  atau Sidapaksa).  Hal  ini  juga mengisyaratkan   kepada  pelaksanaan Ibadah  Haji dengan  uraian  bahwa  Dewi artinya  keruhanian, Srenggi  artinya  luhur, ni  maksudnya  niki  artinya ini dan Wati  artinya  memikat.  Jadi  Ibadah  haji  ini adalah  merupakan  ajaran  luhur  dan  memikat,  sedangkan  Resi  Badawanangala  menunjukkan  bahwa  Resi  artinya  ulama, Badawanga  artinya tulus dan  nala  artinya hati.  Jadi  Resi  Badawanganala  itu  bermakna  ulama  yang tulus  hati,  sedangkan  Bambang  artinya  bahagia,  Wida  artinya  berlebihan  dan Paksa  artinya  harus  atau  wajib.  Jadi, jika mendapat  karunia kebahagiaan (aman/tenteram) dan  berlebihan  rezeki, pergi  Haji  harus  atau  wajib segera  dilaksanakan.  Hal ini  sesuai  dengan  firman Allah SWT  yang artinya:
Dan  lakukanlah  dengan  sempurna  ibadah  Haji  dan Umrah  karena  Allah.  Tetapi  jika  kamu  terhalang, maka  kirimlah  korban  apa  saja  yang  mudah  didapat dan  janganlah  kamu  mencukur  kepala kamu  sampai  korban  itu sampai di  tempat tujuan. Lalu  barang siapa  di antara kamu sakit  atau  mempunyai  penyakit  di  kepalanya,  ia  diperbolehkan  membayar  denda  berupa puasa  atau  sedekah  atau  korban.  Dan, apabila  kamu aman, maka  barang siapa  mengambil  keuntungan dengan  menggabungkan Umrah  dengan Haji  ia  harus  memberi  korban apa saja  yang  mudah  didapat.  Tetapi  barangsiapa  tidak  menemukan  korban, maka berpuasalah  tiga hari selama  waktu haji  dan tujuh  hari  lagi  setelah  kamu pulang. Inilah  sepuluh  hari  penuh.  Ini  bagi  orang  yang  keluarganya  tidak  berada  di  masjid Suci.  Dan  bertaqwalah  kepada Allah, dan ketahuilah  bahwa  Allah  itu  keras  sekali pembalasannya (Al Baqarah,2 :197)
Di dalamnya  adalah  bukti yang terang yaitu tempat  Ibrahim ; dan  siapa  yang memasuki  itu ia akan aman ; Ibadah  Haji ke rumah itu  adalah  wajib  bagi manusi  karena Allah, (bagi)  orang-orang  yang  mampu mengadakan perjalanan  kesana.  Dan,  siapa kafir, maka  sesungguhnya  Allah  itu  Maha  kaya, tidak  memerlukan  sesuatu  dari  sekalian alam (Ali Imran, 3 : 98)
Dengan  melaksanakan Kelima  Rukun Islam  yaitu : Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat  dan Haji  yang  mabrur  diharapkan orang  mukmin  tersebut  menjadi hamba Allah  yang  suci  bersih  dari  segala  macam  dosa  seperti  ketika  ia  dilahirkan  ibunya  sehingga  ia pantas  untuk mendapatkan  Karunia  Surga,  sebagaimana  sabda Rasulullah  SAW  berikut  :
Apabila  seorang  pergi Haji  meninggalkan  keluarganya,  lalu  ia  berjalan  selama  3 hari  atau 3 malam, maka ia  keluar  dari  dosa-dosanya  seperti hari  sewaktu  ibunya  melahirkannya  dan  semua  hari-harinya  sebagai  derajat ;  dan  siapa  yang  mengkafani  seorang  jenazah, Allah  memakaikan  kepadanya  satu  pakaian  dari  surga  ; dan siapa  yang memandikan seorang  jenazah  ia  telah  keluar  dari  dosa-dosanya;  dan siapa  yang  menumpahkan tanah  atasnya  di kuburnya,  maka  baginya  setiap  debu  akan  menambah  berat  timbangannya melebihi  beratnya  gunung. (Al-Baihaqi  dari  Abu Dzar RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V/11825)
Sesungguhnya  Allah  Ta’ala  menurunkan  dalam  senng thawaftiap  hari  seratus  Rahmat,  enam puluh  dari  itu kepada  orang-orang  yang thawaf  di  rumah  Ka’bah itu,  dua puluh  untuk  penduduk Mekkah dan dua puluh  untuk  manusia  lainnya (Al Khatib dalam  At-Tarikh dari  Ibnu  Abbas  RA  dan  Kanzul-Ummal,Juz V/12018)
Di antara  indikasi  ibadah  Haji  yang mabrur  ialah  apabila  pelakunya  setelah  selesai  menunaikan  ibadah Haji  kata-kata  yang  keluar  dari mulutnya  senantiasa  baik  dan  taat kepada Allah  dan Rasul-Nya tanpa  dikotori  kefasikan  seperti  ucapan-ucapan  yang dikumandangkan  waktu  ibadah  Haji, sebagaimana  firman  Allah SWT  dan  sabda Rasulullah SAW  berikut  :
Ibadah  Haji  dilakukan  dalam  bulan-bulan  yang  telah dimaklumi ; maka  siapa  saja  yang memutuskan  untuk  menjalankan  ibadah  Haji dalam bulan-bulan  itu, janganlah berbicara  kotor, dan jangan pula mencaci-maki  dan jangan  pula  bertengkar pada waktu  Haji.  Dan kebajikan apa saja  yang  kamu kerjakan, Allah mengetahui itu. Dan, bawalah  bekal dan sesungguhnya  bekal  yang paling baik  ialah  menjaga  diri  dari kejahatan. Dan, bertaqwalah  kepada-Ku, wahai  orang-orang  yang mempunyai akal (Al Baqarah, 2 : 198)
Siapa  yang menunaikan ibadah Haji karena Allah, dan ia tidak  berbicara  kotor  dan tidak fasiq, maka ia kembali  seperti  hari  sewaktu  ibunya melahirkannya (Ahmad bin Hanbal  dalam Musnadnya, An-Nasai, Ibnu Majah dari Abu Hurairah RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V/11808)
Aku sambut panggilan-Mu  dan setia siap  menerima perintah-Mu, wahai Allah  aku  sambut panggilan-Mu dan dengan  setia  siap  menerima  perintah-Mu ; aku sambut panggilan-Mu  dan dengan setia  siap menerima perintah-Mu; sesungguhnya pujian,  kenikmatan, kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada  sekutu bagi-Mu (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, An-Nasai  dari  Ibnu Umar RA ; Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya  dari Ibnu Abbas  RA ;Abu Ya’la  dalam Musnadnya, Ath-Thabrani  dalam Al Kabir  dari  Amer bin Ma’di  Karib RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V /11908)

Jibril telah mendatangiku, lalu berkata  kepadaku : Sesungguhnya Allah  menyuruh  kamu  agar  kamu  menyuruh  sahabat-sahabatmu  mengangkat  suara  mereka  dengan talbiyah, karena  itu  termasuk syiar Haji (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Ibnu Majah, Al Hakim  dalam Al-Mustadrak, Ibnu Hibban  dalam Shahihnya  dari Zaid bin  Khalid RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V /11911)
Sesungguhnya  musuh Allah adalah Iblis, tatkala ia mengetahui  bahwa Allah telah  mengabulkan doaku  dan mengampuni umatku. Maka  ia  mengambil tanah  lalu  ia menumpahkan  di atas kepalanya ; lalu  ia memanggil  kecelakaan dan kebinasaan, maka itu menjadikan aku tertawa  terhadap apa yang aku lihat dari kegelisahannya (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya  dari Ibnu Abbas  bin Mardas RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V/11809)
Selain  sangat sakti, Sadewa  juga memiliki  Aji Purnamajati pemberian Empu Ditya Sapulebu, Senapati Negara Mretani  yang  berkhasiat  dapat mengerti  dan  mengingat  dengan jelas pada semua peristiwa. Sadewa  mempunyai  watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas  guna  dan dapat menyimpan  rahasia.  Hal ini juga  memperjelas isyarat Ibadah Haji. Demikian uraiannya : Aji berarti berharga, Purnama  artinya  bulan indah, jati artinya sejati. Jadi  bulan  Haji  merupakan  bulan  berharga dan  bulan  indah sejati. Sedangkan  Ditya  artinya lebih, sapu  artinya  pembersih  secara ruhani  adalah  keimanan dan ketaqwaan,  Lebu  artinya Debu. Jadi  dengan  keimanan dan ketaqwaan   yang  lebih  dapat  membersihkan  debu  atau  kotoran  ruhani,  sedangkan  Mreta  artinya  yang  menghidupkan  dan ni maksudnya  niki  atau  ini.  Jadi,  ibadah  Haji  yang  dilaksanakan karena  keimanan dan ketaqwaan  ini  akan  menghidupkan  ruhani.

Ditulis oleh: Drs. Abdul Rozaq
Judul asli: Sadewa Indikasi Haji

Kamis, 21 Juni 2012

PERBEDAAN KEYAKINAN


Mengapa keyakinan manusia demikian berbeda antara satu dengan lainnya? Jawabannya oleh karena mereka dibesarkan oleh lingkungan yang berbeda. Semua pengalaman manusia disimpan di dalam pusat memori di limbic system dalam bentuk folder yang sifatnya sangat individual. Tidak mengherankan jika Nabi Muhammad s.a.w mengingatkan bahwa seseorang menjadi Islam, Kristen, Yahudi atau Majusi (penyembah api) tergantung dimana mereka diasuh dan dibesarkan. Anak seorang Islam cenderung menjadi Islam, Anak seorang Kristen akan menjadi Kristen, dan seterusnya.

Seorang anak dari sebagian besar (mayoritas) keluarga Muslim setiap saat mendengar cerita dari orang tua atau gurunya atau seorang ustad, bahwa Nabi Adam a.s adalah manusia pertama yang diciptakan Allah, diberikan istri yang diciptakan dari tulang rusuknya, ditempatkan di surga (jannah), keduanya melanggar larangan untuk tidak memakan buah khuldi, dan akhirnya dibuang ke bumi. Keduanya terpisah dengan jarak yang cukup jauh, satu di Ceylon (Srilanka) dan yang lainnya di Jazirah Irak.

Kisah terpisahnya Adam a.s dan istrinya sungguh sangat sentimental. Keduanya terpisah dan berkelana selama 200 tahun, dipertemukan Tuhan di Jabal Rahmah. Jika kisah yang tidak masuk akal ini memang benar-benar terjadi betapa berat tekanan (depresi) yang harus mereka hadapi karena hidup tanpa teman selama itu. Apakah mungkin? Akal sehat manusia pasti mengatakan tidak mungkin.

Akan tetapi, limbic manusia selalu mengatakan, ’apapun bisa terjadi karena kuasa Tuhan’. Tidak mengherankan jika Jabal Rahmah menjadi salah satu tempat yang ’laris’ dikunjungi oleh para jemaah haji. Rendez-vous Adam a.s dan Hawa di Jabal Rahmah sudah merupakan mitos kebanyakan umat Islam.

Memang sebuah mitos tidak membutuhkan pembuktian dan tidak memerlukan akal sehat. Kisah Sangkuriang dari Tatar Sunda, tepatnya dari daerah Parahiyangan sudah menjadi legenda yang dipercaya kebenarannya oleh masyarakat. Konon kabarnya, Sangkuriang, adalah seorang ksatria yang sakti merupakan anak seorang putri bernama Nyi Dayang Sumbi - bersuamikan seekor anjing bernama Tumang. Mitos dan legenda semacam inilah yang pada masa lalu sering dijadikan cerita sebelum tidur (dongeng ba’da Isya) oleh para orang tua kepada anak-anaknya. Karena ’folder’ memori anak-anak masih kosong, maka cerita-cerita tersebut akan mudah tersimpan di dalam limbic nya. Demikian juga kisah Nabi Adam a.s yang dikarenakan demikian kerapnya diceritakan kepada anak-anak Muslim, maka sebagian besar dari umat Islam mengenal Adam a.s sebagai manusia pertama yang diciptakan di surga, dan karena dosa-dosanya dibuang ke bumi.
Berbeda dengan kebanyakan anak mayoritas Muslim, anak seorang Kristiani atau Yahudi mendapatkan informasi lain. Orang tua atau guru atau para pastor, pendeta dan para rabi mengatakan bahwa nenek moyang umat manusia adalah Adam a.s.  Mudah dipahami bahwa Adam a.s yang dimaksud oleh orang Kristen maupun Yahudi adalah Nabi Adam a.s yang dimaksud oleh orang Islam, karena alur cerita dan tokoh-tokohnya sama. Menurut pandangan mayoritas umat Kristen, Adam a.s diciptakan Tuhan di bumi, tepatnya di Taman Eden, yaitu pada hari keenam setelah bumi diciptakan-Nya. Karena Tuhan merasa iba dengan kesendiriannya ia diberikan seorang istri bernama Hawa yang diciptakan dari tulang rusuknya, kemudian keduanya memakan buah larangan, dan selanjutnya diusir dari Taman Eden.

Agar perbedaan pandangan antara mayoritas penganut kedua kelompok agama   tersebut mudah dipahami maka keduanya dirinci di dalam Tabel 1 di bawah.

Tabel 1. Perbedaan Pandangan Tentang Adam Kristen vs Islam

Kristen
Mayoritas Islam

  1. Manusia pertama diciptakan Tuhan, hanya enam hari setelah bumi diciptakan
  2. Tinggal di Taman Eden, di bumi.
  1. Ditemani istrinya yang bernama Hawa
  1. Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuknya
  2. Digoda ular untuk memakan buah larangan
  3. Memakan buah larangan (apel)
  4. Mengakibatkan dosa turunan, yang hanya mungkin dihapus oleh kematian Jesus a.s di kayu salib
  5. Diusir dari Taman Eden



  1. Manusia pertama diciptakan Allah, waktunya tidak disebutkan.
  1. Tinggal di jannah (ditafsirkan sebagai surga)
  2. Ditemani isitrinya (nama istrinya tidak disebutkan, tapi dipercayai bernama Hawa)
  3. Istrinya diciptakan dari salah satu tulang rusuknya
  4. Digoda setan untuk mendekati pohon larangan (syajarah)
  5. Memakan buah khuldi
  6. Berdosa, namun bertobat dan dimaafkan Tuhan
  1. Diturunkan ke bumi.

Nomor satu (1) pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pandangan agama Kristen dan mayoritas Islam tidak berbeda, kecuali di dalam Kitab Bible secara eksplisit dinyatakan bahwa Adam a.s diciptakan pada hari keenam saat Tuhan menciptakan bumi beserta isinya (Kitab Kejadian 1:26). Al-Qur’an tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama, namun arus utama umat Islam mempercayai hal ini sama dengan umat Kristen. Keyakinan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama untuk penganut agama Kristen merupakan pokok ajaran yang sangat fundamental. Artinya, benar atau salahnya keyakinan tersebut tergantung benar atau tidaknya pernyataan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama. Hal ini diakui oleh John Morris, Presiden Institute for Creation Research[1]):

“If evolution is right, if the earth is old, if fossils date from before man’s sin (Adam), then Christianity is wrong”

Artinya, jika teori evolusi yang mengatakan bahwa bumi berumur berjuta-juta tahun (bahkan bermilyar tahun) itu benar, dan jika fosil-fosil yang sering kita lihat di museum berumur lebih tua dari Adam a.s (yang notabene baru berumur 6000 tahun), maka dapat disimpulkan bahwa Adam a.s pasti bukan manusia pertama. Selanjutnya, jika Adam a.s bukan manusia pertama maka doktrin dosa turunan sangat diragukan. Jika dosa turunan tidak ada maka tidak diperlukan penebusan dosa. Jika tidak ada penebusan dosa maka dapat dipastikan bahwa agama Kristen salah!

Uniknya, John Morris masih sangat yakin bahwa fosil dinosaurus dan fosil minyak bumi lebih muda dari 6000 tahun. Kitab kejadian menyatakan bahwa bumi dan alam semesta dijadikan hanya dalam waktu enam hari[2]), dan Adam diciptakan pada hari ke enam. Artinya, umur bumi hanya berselisih enam hari dibandingkan umur Adam a.s.

Nomor dua (2) sangat berbeda, di dalam Bible secara eksplisit tertulis bahwa Adam a.s tinggal di bumi ini, lokasinya di Taman Eden yang terletak di perpotongan sungai Pison, Havilah, Hiddekel, dan Euphrat (Kitab Kejadian 2:8 dan 2:11-14). Al-Qur’an secara eksplisit menyatakan bahwa Allah akan menjadikan seorang khalifah di bumi – bukan manusia pertama!

”... Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi (Surah Al-Baqarah; 2:30).

Kalau ayat tersebut berhubungan dengan penciptaan manusia pertama Al-Qur’an tentunya tidak akan menyebut dengan kata khalifah. Khalifah dalam konteks wakil Tuhan di dalam Surah Al-Baqarah 2:30 berarti nabi. Artinya, Tuhan akan mengangkat seorang nabi untuk umat yang hidup di kawasan tersebut.

Namun karena di dalam ayat berikutnya dikatakan:  ” .... Hai Adam, tinggalah kamu dan istrimu di jannah ......” (Surah Al-Baqarah; 2:35), . . . . . maka, sebagian besar ulama dan penafsir Al-Qur’an menginterpretasikan seolah-olah Adam a.s diciptakan di jannah – diartikan sebagai surga akhirat. Kebanyakan mufasirin (ahli tafsir) dan ulama Islam tidak mempertanyakan apa sesunguhnya arti kata jannah karena mereka sudah mengasumsikan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama yang diciptakan langsung melalui mantera kun fayaa kun di samping Tuhan. Mereka juga berasumsi bahwa Tuhan adalah semacam seorang raja dengan singgasananya yang megah di jannah. Mereka tidak pernah berpikir bahwa kata jannah mungkin hanya sebuah simbol?

Nomor ketiga (3) sedikit berbeda, Bible secara tegas menuliskan bahwa istri Adam a.s bernama Hawa yang di dalam bahasa Iberani berarti wanita (Kitab Kejadian 2:23 dan 3:20), namun di dalam Al-Qur’an tidak ada satu ayatpun yang menyebutkan nama itu. Bahkan semua hadis shahih tidak pernah meriwayatkan secara eksplisit bahwa istri Nabi Adam a.s bernama Hawa. Nampaknya pengaruh kabilah Yahudi dan Kristen yang tinggal di jazirah Arab jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad s.a.w mengakibatkan umat Islam mengadopsi nama Hawa.

Nomor empat (4), tercantum di dalam Bible bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam a.s  (Kitab Kejadian 2:22). Al-Qur’an tidak menyatakan secara eksplisit.

Nomor lima (5), keduanya berbeda. Ayat-ayat Bible yang dipercayai oleh para gerejawan harus dibaca dan diartikan secara literal mengatakan bahwa ular adalah binatang yang memperdayai Adam a.s dan Hawa memakan buah larangan. Dikatakan pula bahwa ular adalah paling cerdas di Taman Eden (Kitab Kejadian 3:1). Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa makhluk yang menjerumuskan Adam a.s dan istrinya untuk mendekati pohon larangan adalah setan:

Lalu setan menggelincirkan keduanya (Adam dan istrinya) dari jannah itu ...” (Surah Al-Baqarah; 2: 36).

Nomor enam (6), relatif sama, yaitu keduanya tidak diperkenankan untuk mendekati pohon larangan. Di dalam Al-Qur’an disebut sebagai syajarah (Surah Al-Baqarah; 2:35). Di dalam Bible keduanya dilarang memakan buah dari pohon yang terletak ditengah Taman Eden (Kitab Kejadian 3:3). Umat Kristen berpendapat bahwa buah yang dimakan Adam a.s dan istrinya adalah pohon apel, sedangkan Al-Qur’an menyatakan sebagai pohon khuldi:

”.... Oh Adam, haruskah aku menunjukkan padamu pohon khuldi dan kerajaan yang tak pernah hancur”? (Surah Thaahaa; 20:120). Khuldi dalam bahasa Indonesia berarti keabadian.

Nomor tujuh (7), sepakat bahwa akibat perbuatan memakan buah larangan keduanya berdosa. Walaupun di dalam Bible tidak disebutkan secara eksplisit tentang dosa turunan (Kitab Kejadian 3:15-19), namun istilah ini dipercayai sebagai salah satu dogma terpenting diantara dua dogma utama agama Kristen. Al-Qur’an secara spesifik mengatakan bahwa perbuatan Adam a.s dan istrinya sebagai dosa bahkan disebut sebagai perbuatan sesat:

”Lalu keduanya memakan (buah pohon itu) maka kelihatanlah auratnya. Dan keduanya mulai menutupi dari daun-daun surga (waraqil jannati). Dan Adam melanggar perintah Tuhannya lalu dia sesat (Surah Thaahaa; 20:121).

Kemudian Tuhan menerima taubatnya sebagaimana disebutkan di dalam Surah Thaahaa (20: 122) dan Al-Baqarah (2:37):

”Maka Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Allah memberi ampun kepadanya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi penyayang”.

Akhir dari episode pertentangan antara Adam a.s dengan setan dan iblis adalah ketika beliau diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan jannah atau Taman Firdaus:

”Kami berfirman, ’Turunlah kamu semuanya dari jannah itu! ......... (Surah Al-Baqarah 2: 38).

Ayat Surah Al-Baqarah (2:38) ini menurut sebagian besar penafsir seolah-olah merupakan pengusiran Adam a.s dari jannah. Dalam mitos Kristen kejadian ini disebutkan sebagai pengusiran dari Taman Firdaus  (the expulsion from Paradise/Garden of Eden).

Sumber referensi: Agama Yang Membebaskan
Ditulis oleh: DR Soekmana Soma



[1]) Alters J Brian and Sandra M Alters. 2001. Defending Evolution. A Guide to the creation vs evolution controversy. Jones and Barlett Publishers, Sudbury, Massachussets.

[2]) Lihat Kitab Kejadian (1:5), satu hari (dalam Bahasa Hebrew adalah Yom) menurut The Ryrie Study Bible dan the Defenders Study Bible adalah 24 jam.

KEYAKINAN


Adalah Aminah Ayob, seorang profesor neuroscience dari Malaysia yang mengatakan bahwa di dalam diri manusia dewasa terdapat kekuatan yang sangat dahsyat, yaitu, keyakinan (Ayob, 2006). Keyakinan di dalam bahasa Inggris, ’faith’, atau, ’believe’, atau dalam bahasa latin, ’fidere’, adalah sesuatu yang dipercayai seseorang, terlepas apakah hal itu benar atau salah (Webster’s Dictionary, Second Edition). Keyakinan hanya dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan yang termasuk dalam spesies homo sapien sapiens alias manusia.

Demikian perkasanya sebuah keyakinan di dalam diri manusia sehingga kekuatan dunia sekalipun tidak mampu mengalahkannya. Mengapa demikian? Karena letaknya tersembunyi, yaitu di dalam otak. Hanya dirinyalah yang dapat mengalahkan. Demikianlah fakta yang telah dibuktikan oleh para akhli neuroscience[1]). Al-Qur’an membenarkan hal tersebut sebagaimana dinyatakannya: 

Dan tak seorangpun dapat beriman, kecuali dengan ijin Allah. Dan Dia menimpakan kehinaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Surah Yuunus; 10:100).

Kata ’dapat beriman’ menunjukkan proses perubahan diri untuk ’mengalahkan’ keyakinan lama. Perubahan ini memerlukan ’. . . ijin Allah’, terutama setelah manusia  ’. . . . mempergunakan akalnya’. Jadi, keyakinan seseorang memang hanya dapat ’dikalahkan’ oleh dirinya sendiri. Mengenai seberapa cepat atau lambat proses perubahan tersebut tergantung sejauh mana keyakinan lama telah ’mengikat’ dirinya - menjadi sebuah kebiasaan.     

Kebiasaan-kebiasaan yang telah lama disimpan di dalam otak manusia menghasilkan perilaku yang sulit berubah. Dalam peribahasa Sunda sering dikatakan, ’adat kakurung ku iga’. Peribahasa ini merujuk pada seseorang yang karena kebiasaanya sudah demikian mendarah daging sehingga seolah-olah tiada celah untuk berubah. Dalam hal ini tulang iga telah mengurung  adat istiadat seseorang.

Seorang psikolog Amerika Serikat yang sangat terkenal bernama Ellen Kreidmen, dalam ceramah-ceramahnya sering mengemukakan kata-kata, ’adult clings to old habits’. Arti dari kata tersebut kurang lebih, ’orang dewasa telah terikat oleh pengaruh masa lalu yang telah mengakar dan tertanam di dalam benaknya’. Adat, habit (kebiasaan), keyakinan, atau kepercayaan (believe, faith) pada hakekatnya merupakan akumulasi dari reaksi diri terhadap kejadian sehari-hari masa lampau.

Bangsa Barat mengenal pepatah kuno untuk diamalkan dalam kehidupan mereka sehari-hari - Dorothy Law Nolte. Preambul Dorothy Law Nolte berjudul,  ’Children learn what they live, artinya, anak belajar dari yang mereka alami.

Sebagai contoh, ketika seorang anak hidup dengan penuh toleransi pada masa kecilnya maka ia akan tumbuh menjadi seorang manusia yang sabar. Sebaliknya, jika seorang anak dibesarkan dengan pola hidup penuh kekerasan maka ia akan terbentuk menjadi manusia pemarah. Dalam posisi seperti itu, si anak belajar merekam memori, menimbang emosi dan menggapai motivasi sesuai dengan apa yang ia dapatkan. Ketiganya diperoleh di lingkungan rumah, melalui pendidikan orang tuanya, maupun pengaruh lingkungan yang lebih besar. Ketiganya disimpan di dalam bagian otak tengah yang disebut limbic system (Gazzaniga, 2002). Paul Broca, seorang ilmuwan Perancis menamakannya sebagai grand lobe limbique. Limbic system bersama bagian otak yang lain serupa dengan central processing unit (CPU) dari sebuah komputer.

Central processing unit seorang manusia bukan berada di dalam jantung atau hati sebagaimana dipercayai sebagian besar manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Bagi pembaca yang saat ini telah berumur setengah abad atau lebih tentu masih ingat dengan syair-syair lagu duet yang dibawakan oleh Titik Sandhora dan Muhsin Alatas pada tahun 70’an sebagai berikut.

Titik Sandhora: “Aku belum percaya abang sayang padaku”.

Muhsin Alatas: “Ambil sebilah pisau belah saja dadaku”.

Muhsin Alatas ingin menunjukkan kepada Titik Sandhora betapa keras detak jantungnya, yang dalam bahasa puisi merupakan bukti betapa besar memori, emosi dan motivasi cintanya kepadanya. Namun, apakah ungkapan tersebut benar? Benarkah pusat perasaan cinta seseorang terletak di jantung? Bagaimana jika terjadi sesuatu hal terhadap dirinya dan ia harus mengalami transplantasi jantung? Jika sang donor seorang keturunan India atau Uganda yang tidak mengenal kekasihnya, masih samakah perasaan cintanya kepadanya? Bagaimana pula jika dewi penolong yang ‘merelakan’ jantungnya adalah seekor binatang mamalia? Bagaimana pula jika para ilmuwan dapat menciptakan jantung buatan dari plastik? Hilangkah cintanya kepada sang idola? Tentunya tidak demikian. Jantung siapapun dan bahan apapun yang dicangkokkan sepanjang dapat berfungsi dengan baik di tubuh Muhsin Alatas maka perasaan cintanya terhadap Titik Sandhora tidak akan berubah - selama limbic systemnya tidak diganti.

Limbic system atau disingkat limbic, dalam bahasa populer dikenal sebagai old mammalian brain atau paleopallium atau intermediate brain, yaitu otak yang terdapat juga pada binatang bertulang belakang dan menyusui – mamalia. Mamalia dan manusia pada prinsipnya memiliki banyak kesamaan, khususnya dalam hal otak yang satu ini. Jika kedua spesies yang berbeda tersebut memiliki persamaan sedemikian rupa, lalu, ’apakah yang membedakan mereka’? Pertanyaan ini dijawab oleh seorang ahli filsafat bangsa Jerman yang bernama Ludwig Andreas Feuerbach (1804 – 1872).

Filsuf yang sering dijuluki ’sang atheis yang humanis’ oleh Gereja Katolik ini menyatakan, bahwa, ’perbedaan yang sangat esensial antara manusia dan binatang terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat berpikir tentang ketuhanan (beragama) sedangkan binatang tidak’. Manusia juga memiliki kesadaran (consciousness) untuk menilai sesuatu hal sehingga mampu menghasilkan pengetahuan secara sistematik yang disebut sains (baca the Essence of Christianity, salah satu karya tulisnya yang diterbitkan pada tahun 1841).    

Di dalam buku the Essence of Christianity, Feuerbach mempertanyakan beberapa keyakinan Kristen yang menurutnya bertentangan dengan logika, akal sehat, dan sains. Diantara keyakinan pokok yang dipermasalahkan misalnya tentang ketuhanan Jesus a.s, konsep Trinitas dan ketuhanan Maryam, kisah-kisah mukjizat, kebangkitan Jesus a.s dari kematian di tiang salib, dan lainnya.

Feuerbach berpendapat bahwa intisari agama Kristen yang diajarkan di dalam Bible, khususnya tentang ketuhanan Jesus a.s bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan yang bebas dari kelemahan dan tidak mungkin mengalami kematian. Padahal, Jesus a.s adalah anak seorang manusia biasa yang mengalami kesakitan, kesedihan, dan kematian.

Demikian juga dengan konsep Trinitas yang tidak pernah diajarkan oleh Jesus a.s sama sekali tidak memiliki metode pembenaran yang jelas. Hingga hari ini belum ada seorang pimpinan gereja sekalipun yang mampu memberikan jawaban jelas, masuk akal dan dapat membuktikan, mekanisme ‘three in one’ – satu Tuhan dalam tiga bentuk. ‘Doktrin gereja di atas hanyalah sebuah keyakinan bukan kebenaran’, menurutnya. Feuerbach menginginkan sebuah keyakinan yang didukung oleh kebenaran hakiki, tidak sekedar memori yang disimpan di dalam limbic dan belum pasti kebenarannya.

Limbic hewan mamalia maupun manusia memiliki alat penerima (receptor) emosi dan memori, yaitu hypothalamus dan hyppocampus (lihat Gambar 2 di bawah). Kedua alat penerima tersebut memiliki kemampuan menyimpan sebagian besar pengalaman setiap individu yang dirasakannya melalui panca indranya atau pengalaman lainnya seperti mendapatkan mimpi, halusinasi, ilham atau wahyu.

Bagaimana limbic binatang mamalia berfungsi dapat diilustrasikan sebagai berikut. Seekor induk anjing menemukan seonggok daging di tempat yang ia lalui. Penglihatannya mengirimkan signal ke sel-sel otak tengahnya yang kemudian merangsang seluruh bagian sel tubuhnya untuk segera mendekat dan menyantap daging tersebut. Anak-anak anjing akan mengikuti tindakan induknya. Anak-anak anjing belajar dari pengalaman tersebut dan menyimpannya ke dalam pusat memori yang terletak di dalam limbic.

Ketika sang induk anjing sedang menggerogoti daging tersebut dengan enaknya tiba-tiba datanglah seekor anjing lainnya. Dalam sekejap salah satu bagian di dalam limbic induk anjing yang bernama amygdala tidak difungsikan. Sang induk anjing mengeram dan menggonggong. Amygdala adalah pusat rasa takut,  pengendali agresi, emosi dan respons terhadap pertahanan (defensive respons). Pusat inilah yang mempengaruhi sang induk anjing untuk menimbang apakah akan mempertahankan seonggok daging tersebut atau karena ketakutan lalu meninggalkannya? Instink sang induk anjing membuat keputusan berdasarkan penampilan fisik lawan dan menyampaikannya ke amygdala. Apapun keputusan yang diambil oleh induk anjing menjadi sebuah ’kebenaran’ bagi anak-anaknya. Pada keadaan semacam itulah anak-anak anjing belajar keberanian atau ketakutan dari induknya. Dalam dunia binatang, hanya kekuatan fisik yang menjadi tolok ukur ’kebenaran’.

Manusia pra sejarah yang belum mengenal peradaban cenderung bertindak seperti binatang. Apabila mereka menemui makanan di jalan yang dilaluinya maka limbic yang ada di dalam kepalanya akan memerintahkan untuk mengambilnya. Tindakan yang dilakukannya bukanlah sebuah kesalahan atau dosa. Demikian juga ketika manusia lainnya datang untuk merebut makanan tersebut maka pusat pengendali agresinya akan mempertimbangkan untuk mempertahankan dengan kekerasan atau mengalah dengan mempertimbangkan kekuatan fisik lawan yang akan dihadapinya. Jika ia memutuskan untuk melawan atau lari (takut) maka pengalaman tersebut disimpan di dalam limbic nya dan kemudian dijadikan keyakinannya bahwa itulah kebenaran hidup. Itulah kebenaran versi manusia yang belum mengenal peradaban.

Pusat pengendali agresi manusia sama dengan binatang mamalia yaitu pusat yang secara naluriah merupakan kendali pertahanan keyakinan yang sudah tertanam di dalam benaknya. Sebagaimana binatang yang menjadikan kekuatan fisik menjadi tolok ukur ’kebenaran’, maka kebanyakan manusia primitif menjadikan kekuatan fisik sebagai satu-satunya tolok ukur kebenaran. Manusia modern, karena mereka memiliki limbic maka naluri pertama yang muncul adalah mempertimbangkan kekuatan fisik sebagai patokan benar atau salah. Namun, dengan berubahnya peradaban manusia maka ada kekuatan lain yang juga dipertimbangkan, yaitu harta kekayaan dan kekuasaan - sebagai standar ’kebenaran’.

Manusia adalah makhluk setengah binatang. Keunikan makhluk semacam ini terletak pada limbic-nya. Pada saat organ ini dapat dikendalikan seseorang akan menjadi manusia seutuhnya, sebaliknya, ketika otak tengah ini menjadi demikian dominan maka mereka akan bersifat sebagaimana layaknya binatang. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika sebagian manusia modern yang hidup di abad ke 21, khususnya yang hidup di negara-negara miskin dan terbelakang seperti Indonesia, masih mengandalkan naluri hewaniah terutama ketika mempertahankan sesuatu yang dirasakan menjadi miliknya – termasuk keyakinan. Tindak kekerasan atas nama agama (Islam) oleh sekelompok organisasi massa terhadap kelompok lainnya merupakan contoh tindakan primitif yang masih tersisa di Indonesia. Padahal, Islam adalah ajaran yang sangat rasional - bukan ajaran primitif.

Referensi:
Agama Yang Membebaskan, Impulse, Jogjakarta, 2010.
Ditulis Oleh: DR. Soekmana Soma.


[1] ) Baca Gazzaniga, 2002.