Sabtu, 23 Juni 2012

SADEWA

Sadewa  atau  sahadewa  yang  dalam  pedalangan  Jawa  disebut  pula  dengan  nama Tangsen (buah  dari tumbuh-tumbuhan  yang daunnya  dapat dipergunakan  dan dipakai  untuk obat) adalah  putra  ke-lima/bungsu  Prabu Pandudewanata, raja Negara Astina  dengan  permaisuri Dewi Madrim, putrid Prabu Mandrapati  dengan Dewi Tejawati  dari  Negara mandaraka.  Ia  lahir  kembar  bersama kakaknya, Nakula.  Sadewa  juga  mempunyai  tiga orang saudara  satu  ayah, putra Prabu Pandu  dengan  Dewi Kunti  dari Negara Mandura,  bernama  : Puntadewa, Bima, dan Arjuna.
Nama Sadewa  tersusun  dari  lafazh  Sa, de, dan wa.Sa kependekan  dai  Sangu  artinya  bekal, de kependekan  dari  kata  gede  artinya  besar  atau banyak  dan wa  kependekan  dari kata dawa artinya panjang  atau lama. Jadi  Sadewa  mengisyaratkan  kepada  ibadah Haji  sebagai  Rukun Islam kelima, karena  kewajiban  ibadah  ini  membutuhkan  persyaratan  bekal  yang  besar  dan  banyak  untuk  waktu  yang  lama  atau panjang. Oleh  karena  itu  nama lain  dari  Sadewa  adalah Tangsen. Tangsen  berasal  dari  kata Tang maksudnya ketang  artinya meskipun dan  sen  maksudnya  sak sen  artinya  satu sen. Hal ini  sesuai  dengan  firman Allah SWT yang artinya:
Ibadah  Haji  dilakukan  dalam  bulan-bulan  yang telah dimaklumi, maka siapa saja  yang  memutuskan  untuk  menjalankan  ibadah  Haji  dalam  bulan-bulan  itu, janganlah  berbicara kotor , dan jangan pula  mencaci maki  dan jangan pula  bertengkar  pada waktu  Haji. Dan kebajikan  apa saja  yang kamu kerjakan, Allah mengetahui  itu. Dan  bawalah  bekal dan  sesungguhnya  bekal  yang  paling  baik  ialah  menjaga diri  dari kejahatan. Dan, bertakwalah kepada-Ku, wahai  orang-orang  yang  mempunyai akal. (Al Baqarah, 2 : 198)
Sadewa  adalah  titisan  Bathara Aswin, Dewa Tabib. Sadewa  sangat mahir  dalam  ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus.  Mahir menunggang kuda  dan  menggunakan  senjata  panah dan lembing.  Hal ini  juga mengisyaratkan  kepada ibadah Haji,  dengan penjelasan  bahwa Bathara  artinya  Nabi, Aswin  artinya  sempurna. Jadi  Haji merupakan  sunnah Rasulullah  SAW  sebagai  Rukun  Islam  yang  paripurna  sebagaimana Sabda  Rasulullah SAW  berikut  :
Hakikat Islam  ialah  engkau  bersaksi  tidak  ada  Tuhan  kecuali  Allah  dan Muhammad  Shallallahu’alaihi  wa sallam  adalah  Utusan Allah, engkau menegakkan  shalat,  memberikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan  Haji ke Baitullah, jika engkau  mampu  kesana (Muslim, Abu Daud, At-Turmudzi, dan  An Nasai dari Umar radhiyallaahu’anhu dan Kanzul-Ummal, Juz I/18)
Sadewa  tinggal  di Ksatrian  Bawenatalun/Bumi-retawu,wilayah Negara Amarta. Hal ini juga  mengisyaratkan  ibadah Haji juga.  Cobalah  perhatikan uraian  berikut   :  Ksatrian Bawenatalun atau Bumi retawu menunjuk  kepada tempat ibadah haji, dengan penjelasan demikian, Bawena  artinya tanah  dan Talun  artinya  bebas  dari polusi (suci). Jadi, Bawenatalun  itu  menunjuk  kepada  tanah suci kota Mekkah. Demikian pula  Bumiretawu  juga  menunjuk  kepada  indikasi  kota  Mekkah  dengan  penjelasan  bahwa  Bumi  artinya tanah  dan Ratawu artinya  pasir. Jadi kota Mekkah itu  adalah  bagian  dari  Negara  Saudi  Arabia  yang  tanahnya  banyak  mengandung  pasir.
Sadewa  menikah  dengan  Dewi  Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (istri Nakula), putri  Resi  Padawanganala, kura-kura  raksasa  yang tinggal  di  sungai  atau  narmada  Wailu (menurut Purwacarita, Badawanganala  dikenal  sebagai  raja  Negara  Gisiksamodra/Ekapratala). Dari perkawinan  tersebut ia memperoleh  seorang  putra  bernama Bambang Widapaksa  atau Sidapaksa).  Hal  ini  juga mengisyaratkan   kepada  pelaksanaan Ibadah  Haji dengan  uraian  bahwa  Dewi artinya  keruhanian, Srenggi  artinya  luhur, ni  maksudnya  niki  artinya ini dan Wati  artinya  memikat.  Jadi  Ibadah  haji  ini adalah  merupakan  ajaran  luhur  dan  memikat,  sedangkan  Resi  Badawanangala  menunjukkan  bahwa  Resi  artinya  ulama, Badawanga  artinya tulus dan  nala  artinya hati.  Jadi  Resi  Badawanganala  itu  bermakna  ulama  yang tulus  hati,  sedangkan  Bambang  artinya  bahagia,  Wida  artinya  berlebihan  dan Paksa  artinya  harus  atau  wajib.  Jadi, jika mendapat  karunia kebahagiaan (aman/tenteram) dan  berlebihan  rezeki, pergi  Haji  harus  atau  wajib segera  dilaksanakan.  Hal ini  sesuai  dengan  firman Allah SWT  yang artinya:
Dan  lakukanlah  dengan  sempurna  ibadah  Haji  dan Umrah  karena  Allah.  Tetapi  jika  kamu  terhalang, maka  kirimlah  korban  apa  saja  yang  mudah  didapat dan  janganlah  kamu  mencukur  kepala kamu  sampai  korban  itu sampai di  tempat tujuan. Lalu  barang siapa  di antara kamu sakit  atau  mempunyai  penyakit  di  kepalanya,  ia  diperbolehkan  membayar  denda  berupa puasa  atau  sedekah  atau  korban.  Dan, apabila  kamu aman, maka  barang siapa  mengambil  keuntungan dengan  menggabungkan Umrah  dengan Haji  ia  harus  memberi  korban apa saja  yang  mudah  didapat.  Tetapi  barangsiapa  tidak  menemukan  korban, maka berpuasalah  tiga hari selama  waktu haji  dan tujuh  hari  lagi  setelah  kamu pulang. Inilah  sepuluh  hari  penuh.  Ini  bagi  orang  yang  keluarganya  tidak  berada  di  masjid Suci.  Dan  bertaqwalah  kepada Allah, dan ketahuilah  bahwa  Allah  itu  keras  sekali pembalasannya (Al Baqarah,2 :197)
Di dalamnya  adalah  bukti yang terang yaitu tempat  Ibrahim ; dan  siapa  yang memasuki  itu ia akan aman ; Ibadah  Haji ke rumah itu  adalah  wajib  bagi manusi  karena Allah, (bagi)  orang-orang  yang  mampu mengadakan perjalanan  kesana.  Dan,  siapa kafir, maka  sesungguhnya  Allah  itu  Maha  kaya, tidak  memerlukan  sesuatu  dari  sekalian alam (Ali Imran, 3 : 98)
Dengan  melaksanakan Kelima  Rukun Islam  yaitu : Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat  dan Haji  yang  mabrur  diharapkan orang  mukmin  tersebut  menjadi hamba Allah  yang  suci  bersih  dari  segala  macam  dosa  seperti  ketika  ia  dilahirkan  ibunya  sehingga  ia pantas  untuk mendapatkan  Karunia  Surga,  sebagaimana  sabda Rasulullah  SAW  berikut  :
Apabila  seorang  pergi Haji  meninggalkan  keluarganya,  lalu  ia  berjalan  selama  3 hari  atau 3 malam, maka ia  keluar  dari  dosa-dosanya  seperti hari  sewaktu  ibunya  melahirkannya  dan  semua  hari-harinya  sebagai  derajat ;  dan  siapa  yang  mengkafani  seorang  jenazah, Allah  memakaikan  kepadanya  satu  pakaian  dari  surga  ; dan siapa  yang memandikan seorang  jenazah  ia  telah  keluar  dari  dosa-dosanya;  dan siapa  yang  menumpahkan tanah  atasnya  di kuburnya,  maka  baginya  setiap  debu  akan  menambah  berat  timbangannya melebihi  beratnya  gunung. (Al-Baihaqi  dari  Abu Dzar RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V/11825)
Sesungguhnya  Allah  Ta’ala  menurunkan  dalam  senng thawaftiap  hari  seratus  Rahmat,  enam puluh  dari  itu kepada  orang-orang  yang thawaf  di  rumah  Ka’bah itu,  dua puluh  untuk  penduduk Mekkah dan dua puluh  untuk  manusia  lainnya (Al Khatib dalam  At-Tarikh dari  Ibnu  Abbas  RA  dan  Kanzul-Ummal,Juz V/12018)
Di antara  indikasi  ibadah  Haji  yang mabrur  ialah  apabila  pelakunya  setelah  selesai  menunaikan  ibadah Haji  kata-kata  yang  keluar  dari mulutnya  senantiasa  baik  dan  taat kepada Allah  dan Rasul-Nya tanpa  dikotori  kefasikan  seperti  ucapan-ucapan  yang dikumandangkan  waktu  ibadah  Haji, sebagaimana  firman  Allah SWT  dan  sabda Rasulullah SAW  berikut  :
Ibadah  Haji  dilakukan  dalam  bulan-bulan  yang  telah dimaklumi ; maka  siapa  saja  yang memutuskan  untuk  menjalankan  ibadah  Haji dalam bulan-bulan  itu, janganlah berbicara  kotor, dan jangan pula mencaci-maki  dan jangan  pula  bertengkar pada waktu  Haji.  Dan kebajikan apa saja  yang  kamu kerjakan, Allah mengetahui itu. Dan, bawalah  bekal dan sesungguhnya  bekal  yang paling baik  ialah  menjaga  diri  dari kejahatan. Dan, bertaqwalah  kepada-Ku, wahai  orang-orang  yang mempunyai akal (Al Baqarah, 2 : 198)
Siapa  yang menunaikan ibadah Haji karena Allah, dan ia tidak  berbicara  kotor  dan tidak fasiq, maka ia kembali  seperti  hari  sewaktu  ibunya melahirkannya (Ahmad bin Hanbal  dalam Musnadnya, An-Nasai, Ibnu Majah dari Abu Hurairah RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V/11808)
Aku sambut panggilan-Mu  dan setia siap  menerima perintah-Mu, wahai Allah  aku  sambut panggilan-Mu dan dengan  setia  siap  menerima  perintah-Mu ; aku sambut panggilan-Mu  dan dengan setia  siap menerima perintah-Mu; sesungguhnya pujian,  kenikmatan, kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada  sekutu bagi-Mu (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, An-Nasai  dari  Ibnu Umar RA ; Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya  dari Ibnu Abbas  RA ;Abu Ya’la  dalam Musnadnya, Ath-Thabrani  dalam Al Kabir  dari  Amer bin Ma’di  Karib RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V /11908)

Jibril telah mendatangiku, lalu berkata  kepadaku : Sesungguhnya Allah  menyuruh  kamu  agar  kamu  menyuruh  sahabat-sahabatmu  mengangkat  suara  mereka  dengan talbiyah, karena  itu  termasuk syiar Haji (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Ibnu Majah, Al Hakim  dalam Al-Mustadrak, Ibnu Hibban  dalam Shahihnya  dari Zaid bin  Khalid RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V /11911)
Sesungguhnya  musuh Allah adalah Iblis, tatkala ia mengetahui  bahwa Allah telah  mengabulkan doaku  dan mengampuni umatku. Maka  ia  mengambil tanah  lalu  ia menumpahkan  di atas kepalanya ; lalu  ia memanggil  kecelakaan dan kebinasaan, maka itu menjadikan aku tertawa  terhadap apa yang aku lihat dari kegelisahannya (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya  dari Ibnu Abbas  bin Mardas RA  dan Kanzul-Ummal, Juz V/11809)
Selain  sangat sakti, Sadewa  juga memiliki  Aji Purnamajati pemberian Empu Ditya Sapulebu, Senapati Negara Mretani  yang  berkhasiat  dapat mengerti  dan  mengingat  dengan jelas pada semua peristiwa. Sadewa  mempunyai  watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas  guna  dan dapat menyimpan  rahasia.  Hal ini juga  memperjelas isyarat Ibadah Haji. Demikian uraiannya : Aji berarti berharga, Purnama  artinya  bulan indah, jati artinya sejati. Jadi  bulan  Haji  merupakan  bulan  berharga dan  bulan  indah sejati. Sedangkan  Ditya  artinya lebih, sapu  artinya  pembersih  secara ruhani  adalah  keimanan dan ketaqwaan,  Lebu  artinya Debu. Jadi  dengan  keimanan dan ketaqwaan   yang  lebih  dapat  membersihkan  debu  atau  kotoran  ruhani,  sedangkan  Mreta  artinya  yang  menghidupkan  dan ni maksudnya  niki  atau  ini.  Jadi,  ibadah  Haji  yang  dilaksanakan karena  keimanan dan ketaqwaan  ini  akan  menghidupkan  ruhani.

Ditulis oleh: Drs. Abdul Rozaq
Judul asli: Sadewa Indikasi Haji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar