Rabu, 13 Juni 2012

MI'RAJ dan ISRA'


Masalah isra dan mi’raj Rasulullah saw merupakan masalah yang masih diperdebatkan. Apakah kejadian ini secara jasmani atau rohani? Atau peristiwa ini terjadi secara bersamaan atau berlainan? Untuk membahas ini tentunya kita harus menelitinya baik dari Alquran sendiri maupun hadis-hadis Rasulullah saw.
Di dalam surat Bani Israil salah satunya disebutkan tentang Isra Rasulullah saw. Isra  merupakan perjalanan rohani di waktu malam Rasulullah saw. dari Mekkah ke Yerusalem, sedang berkenaan dengan Mi’raj terdapat dalam Surah An-Najm (ayat-ayat 8 – 18) yang menjelaskan semua kejadian yang disebut yang telah diwahyukan tidak lama sesudah hijrah ke Abessinia  terjadi di bulan Rajab tahun ke 5 nabawi, dan hal ini telah diceriterakan secara terperinci dalam buku-buku hadist yang membahas Miraj Rasulullah saw., sedang Isra Rasulullah saw. dari Mekkah ke Yerusalem, yang dibahas dalam surat Al-Isra, menurut  Zurqani terjadi pada tahun ke-11 nabawi ; menurut Muir dan beberapa pengarang Kristen lainnya pada tahun ke-12. Tetapi menurut Mardawaih dan Ibn Sa’d, perintiwa Isra terjadi pada 17 Rabiul-awal, setahun sebelum hijrah (Al-Khashaish al-Kubra) . Baihaqi pun menceriterakan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah.

Dengan demikian semua hadist yang bersangkutan dengan persoalan ini menunjukkan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah, yaitu kira-kita pada tahun ke-12 nabawi, setelah Siti Khadijah wafat, yang terjadi pada tahun ke-10 nabawi, ketika Rasulullah saw. tinggal bersama-sama dengan Ummi Hani, saudari sepupu beliau. Tetapi Mi’raj, menurut pendapat sebagian terbesar ulama, terjadi kira-kita pada tahun ke-5 nabawi. Dengan demikian dua kejadian itu dipisahkan satu dengan yang lain oleh jarak waktu enam atau tujuh tahun, dan oleh karenanya kedua kejadian itu tidak mungkin sama ; yang satu harus dianggap berbeda dan terpisah dari yang lain. Lagi pula peristiwa-peristiwa yang menurut hadist terjadi dalam Mi’raj Rasulullah saw. sama sekali berbeda dalam sifatnya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Isra. Secara sambil lalu dapat disebutkan di sini, bahwa kedua peristiwa itu hanya kejadian-kejadian rohani belaka, dan Rasulullah saw. tidak naik ke langit atau pergi ke Yerusalem dengan tubuh kasar.
Kecuali kesaksian sejarah yang kuat ini, ada pula kejadian-kejadian lain yang berkaitan dengan peristiwa itu mendukung pendapat, bahwa kejadian itu sama sekali berbeda dan ter pisah satu sama lain :
a.       Alquran menguraikan kejadian Mi’raj Rasulullah saw. dalam surah 53, tetapi sedikit pun tidak menyinggung Isra, sedang dalam Surah ini Alquran membahas soal Isra, tetapi sedikit pun tidak menyinggung peristiwa Mi’raj.
b.      Ummi Hani, saudari sepupu Rasulullah saw. yang di rumahnya beliau menginap pada malam peristiwa Isra terjadi, hanya membicarakan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem, dan sama sekali tidak menyinggung kenaikan beliau ke langit. Ummi Hani itu orang pertama yang kepadanya Rasulullah saw. menceriterakan perjalanan beliau di waktu malam ke Yerusalem, dan paling sedikit tujuh penghimpun riwayat-riwayat hadist telah mengutip keterangan Ummi Hani mengenai kejadian ini, yang bersum-ber pada empat perawi yang berlain-lainan. Semua perawi ini sepakat, bahwa Rasulullah saw. berangkat ke Yerusalem dan pulang kembali ke Mekkah pada malam itu juga.

Jika sekiranya Rasulullah saw. telah membicarakan pula kenaikan beliau ke langit, tentu Ummi Hani tidak akan lupa menyebutkan hal ini dalam salah satu riwayatnya. Tetapi beliau tidak menyebut hal itu dalam satu riwayat pun ; dengan demikian menunjukkan dengan pasti , bahwa pada malam yang bersangkutan itu Rasulullah saw. melakukan Isra hanya sampai Yerusalem ; dan bahwa Mi’raj itu tidak terjadi pada ketika itu. Nampaknya beberapa perawi hadist mencampur baurkan kedua peristiwa Isra dan Mi’raj itu. Rupanya pikiran mereka dikacaukan persamaan yang terdapat pada beberapa uraian terperinci mengenai Isra dan Mi’raj telah menambah dan memperkuat pendapat mereka yang kacau balau itu. © Hadist-hadist yang mula-mula meriwayatkan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem dan selanjutnya mengenai kenaikan beliau dari sana ke langit, menyebut pula bahwa di Yerusalem beliau bertemu dengan beberapa nabi terdahulu, termasuk Adam as., Ibrahim as., Musa as., dan Isa as. ; dan bahwa di berbagai petala langit beliau menemui nabi-nabi yang itu-itu juga, tetapi tidak dapat mengenal mereka. Bagaimanakah nabi-nabi tersebut, yang telah beliau jumpai di Yerusalem, sampai pula ke langit sebelum beliau ; dan mengapa beliau tidak mengenali mereka, sedang beliau telah melihat mereka beberapa saat sebelumnya dalam perjalanan itu-itu juga ? Tidaklah masuk akal, bahwa beliau tidak dapat mengenal mereka, padahal hanya beberapa saat sebelum itu, beliau bertemu dengan mereka dalam perjalanan itu juga.

Jadi dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Isra dan Miraj itu adalah dua kejadian/peristiwa yang berbeda. Isra terjadi pada tahun 11 nabawi sedagkan Miraj terjadi pada tahun 5 nabawi. Keduanya bukan merupakan penglaman jasmanni Rasulullah saw tetapi merupakan pengalaman rohani beliau. Oleh karena itu penyebutan istilah isra miraj ini merupakan pernyataan yang sudah menjadi kebiasaan, padahal yang seharusnya adalah mi’raj isra, bukan isra mi’raj.

Sumber: http://asefnasir.blogspot.com/2011/06/miraj-isra-rasulullah-saw.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar